Gemerlap Malam Pucuk Galanggang Arang#8 Kota Padang Jauh men catat berakhirnya
susunan aktivitas ekosistem kultur di sepanjang
Peninggalan Tambang Batu Kobaran Ombilin Sawahlunto( WTBOS).
Bertemakan Anak Nagari Menjaga Peninggalan Bumi, Galanggang Arang yang dilaksanakan di Stasiun Sepur Api Padang Jauh di
Kelurahan Silaing
Atas, semenjak Selasa( 6 atau 8), berjalan berhasil serta ditutup dengan cara sah oleh Penjabat( Pj) Sekdako Winarno, Rabu( 7 atau 8) malam.
Bermacam pementasan seni diperlihatkan anak didik Thawalib Gunung, SMP N 1, SMP N 2, Bengkel seni sang Lebah Tabang, serta ditutup dengan penampilan
biduan Minang, Adim, menghibur ribuan masyarakat yang tiba.
Aktivitas itu diselenggarakan Departemen Pembelajaran, Kultur, Studi serta Teknologi( Kemendikbud- Ristek) lewat Direktorat Jenderal Kultur.
Pj Sekdako Winarno dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan itu. Dirinya berambisi Galanggang Arang dapat jadi event tahunan lantaran
aktivitas itu dapat mengenalkan warga Padang Jauh kepada aset adat di kota ini.
” Stasiun Padang Jauh memiliki angka asal usul, stasiun
yang terluas, yang penting, terletak di perlintasan serta ialah peninggalan bumi yang diresmikan UNESCO,” ucapnya.
Lebih lanjut, Winarno mengantarkan dapat kasih pada seluruh pihak yang sudah menyiapkan aktivitas ini. Ramainya masyarakat yang muncul, sebutnya,
berakibat kepada kenaikan perekonomian upaya mikro kecil.
Gemerlap Malam Pucuk Galanggang
Perihal yang serupa pula di informasikan Kepala Biro Kultur Provinsi Sumatra Barat Jefrinal Arifin. Lewat Galanggang Arang, tuturnya, masyarakat
dapat mengenali asal usul Stasiun Sepur Api selaku peninggalan tidak berharga serta diakui bumi.
” Aktivitas Galanggang Arang artinya supaya kita mendalami sempat tadinya Emak Itam melalui dari Sawahlunto bawa batu kobaran. Suatu yang bernilai. Dahulunya sempat jadi yang terbaik. WTBOS telah diakui UNESCO semenjak 5 tahun kemudian,” tuturnya